PALPRESS – RENDAH hati, apa adanya dan tidak menutupi kekurangan, begitu kesan yang muncul terhadap sosok Uskup Emeritus Mgr Franciscus Xaverius Sudartanta Hadisumarta, OCarm, begitu nama lengkapnya. Beliau mempersilakan Warta Minggu (WM) Multi Media masuk dan duduk di ruang tamu Wisma Karmelit Jakarta.
Saat itu posisi duduk WM Multi Media berada di sisi kiri Mgr Hadi, begitu beliau disapa, namun Mgr Hadi meminta WM pindah ke posisi sebelah kanan beliau. “Maaf bisa pindah ke posisi sebelah kanan saya.? Pendengaran sebelah kiri saya sudah tidak bagus. Jadi tolong pindah ke sebelah kanan, dan agak keras jika berbicara dengan saya. Pendengaran saya yang sebelah kanan lebih baik,” tutur Mgr Hadi, yang 13 Desember lalu genap berusia 84 tahun.
Sosoknya masih kelihatan segar, namun beliau mengatakan bila kondisinya sudah semakin menurun, dan saat wawancara berlangsung, beliau baru saja sembuh dari sakit. Mgr Hadi bercerita, ada tiga ruas tulang belakangnya yang harus dioperasi di Singapore, itulah alasan mengapa dia menggunakan penyangga tulang belakang. Meski menggunakan penyangga tulang belakang, tidak mempengaruhi aktivitas memimpin misa.
“Saya selalu pakai penyangga tulang belakang, kadang saya susah berjalan. Kalau berdiri saat misa berlangsung tidak masalah, hanya jika berjalan agak sulit. Rasanya seperti kesemutan, jadi berjalan musti perlahan-lahan,” kata Mgr Hadi, sambil memperlihatkan penyangga tulang belakangnya, Sabtu, 19/11/2016.
Bagi Mgr Hadi, selama 10 tahun berada di Wisma Karmelit Jakarta, cukup senang. Namun, beliau mengisyaratkan akan lebih senang lagi jika bisa hidup wajar. “Hidup wajar di sini kan agak sulit ya.. Salah satu contohnya, orang harus menggunakan Air Conditioner (AC), karena udara Jakarta memang sangat panas sekali. Jadi ya.. memang sulit untuk bisa hidup wajar,” ujar Mgr Hadi.
Jika diminta memilih, yang berkaitan dengan pola hidup wajar tersebut, Mgr Hadi suka tinggal di Malang. “Memang di sini kelihatan agak mewah ya.. Tapi sebenarnya wisma ini ada sejarahnya. Karmelit di Jakarta tidak mempunyai rumah, pastoran itu milik keuskupan. Jadi tidak enak apabila kita numpang di pastoran,” kata Mgr Hadi.
Soal pilihan tinggal, memang di Malang lebih nyaman, namun Mgr Hadi justru memilih tidak tinggal di Malang. “Nah, terkait dengan soal pilihan tadi, saya lebih baik tidak tinggal di Malang, meski lebih suka. Keuskupan Malang biar hanya ada satu Uskup, kalau saya di Malang akan menjadi tidak baik, meskipun saya Uskup Emeritus. Saya lebih baik di sini. Ibaratnya kapal, hanya satu nakhoda saja,” tutur Mgr Hadi. (Benny N Joewono)